logo tk islam al-khairiyah banyuwangi TK Islam Al-Khairiyah Banyuwangi
logo instagram Instagram
logo youtube YouTube

Buletin Dakwah

SD Islam Al-Khairiyah Banyuwangi

Kamis, 15 Oct 20

Hijrah

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

حمدا وشكرا لله، وصلاة وسلاما على رسول الله، ولا حول ولا قوة إلا بالله

 

Para pembaca yang dirahmati ALLAH, saat ini kita berada dalam bulan shafar, yakni bulan kedua dalam penanggalan hijriyah, setelah bulan Muharram. Bulan shafar ini tidak memiliki keistimewaan secara khusus, tapi di bulan ini terjadi beberapa peristiwa besar dalam sejarah Islam. Rasulullah menikahi Sayyidah Khadijah di bulan ini, Rasulullah juga menikahkan putrinya, Sayyidah Fathimah dengan Sayyid Ali bin Abu Thalib pada bulan ini. Dan peristiwa paling agung yang terjadi di bulan ini adalah hijrahnya Rasulullah beserta para sahabatnya dari Makkah Al-Mukarramah menuju Madinah Al-Munawwarah. Betapa agungnya peristiwa hijrah ini, sehingga Amirul Mu'minin Khalifah Umar Ibn al-Khatthab menjadikannya sebagai awal penanggalan kalender hijriyah yang kita gunakan hingga saat ini, sesuai dengan namanya, hijriyah yang diambil dari kata hijrah.

Lalu apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa hijrah itu? Apakah hanya akan menjadi sejarah untuk dikenang dan diceritakan secara berulang-ulang tanpa kita mengambil sedikit pun pelajaran darinya? Tentu kita sangat rugi jika kita tidak mendapatkan sedikit pun pelajaran darinya.

Hijrah dalam bahasa Arab berarti berpindah. Berasal dari kata هجر - يهجر - هجرة. Hijrah tidak bermakna berpindah secara umum, tapi hijrah memiliki makna khusus yakni berpindah menuju sesuatu yang lebih baik. Bisa jadi berpindah dari yang buruk menuju yang baik, atau dari yang baik menuju yang lebih baik.
Kalau sekedar berpindah saja tanpa tujuan yang lebih baik, maka istilah bahasa Arabnya adalah انتقال. Bukan Hijrah.



Rasulullah dan para sahabatnya berhijrah karena perintah ALLAH. Bukan kabur menyelamatkan diri dari kekejaman kafir quraisy Makkah, tapi untuk menghimpun/menyatukan umat demi mewujudkan kehidupan masyarakat Islam yang lebih baik dan persatuan yang kokoh dalam sebuah kedaulatan Islam. Yang mana peristiwa hijrah ini pun menjadi asas berkuasanya Daulah Islam di muka bumi selama 1300 tahun lamanya.

Maka dengan mengingat peristiwa hijrah ini, marilah kita ikuti jejak Rasulullah dan para sahabatnya untuk berhijrah. Bukan hijrah untuk berpindah tempat tinggal, tapi hijrah untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

Para pembaca yang dimuliakan ALLAH...
Hari demi hari kita lalui, waktu dan kesempatan kita beribadah di dunia ini pun terus berkurang, maka jangan sampai hari-hari yang kita lalui tidak membuat kita berubah menjadi orang yang lebih baik, atau bahkan justru membuat kita menjadi semakin buruk. Na'udzubillah.

Sebagaimana kita ingin meningkatkan penghasilan kita dari waktu ke waktu, maka seperti itu pula kita juga harus punya keinginan untuk meningkatkan kualitas diri kita dari waktu ke waktu, baik dari segi amaliyah ibadah maupun akhlak.

Sayyiduna Ali bin Abu Thalib berkata:
من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح 
Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang yang beruntung

ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون
dan barang siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dia adalah orang yang rugi

ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون
dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia adalah orang yang terlaknat

Lalu bagaimana caranya kita bisa menjadi orang lebih baik dari waktu ke waktu?

Apabila kita ingin menjadi semakin baik, maka hal pertama yang perlu kita lakukan adalah muhasabah, yakni introspeksi atau evaluasi untuk mencari kekurangan-kekurangan kita untuk kemudian kita perbaiki kekurangan-kekurangan itu.

Sama halnya seperti sebuah perusahaan, apabila sebuah perusahaan ingin berkembang maka perusahaan itu harus rajin melakukan evaluasi tiap akhir tahun, akhir bulan, akhir pekan, evaluasi untuk mencari kekurangan-kekurangannya untuk kemudian diperbaiki. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita juga rajin melakukan muhasabah/evaluasi terhadap amal-amal ibadah kita setiap akhir tahun, akhir bulan, akhir pekan untuk kemudian kita perbaiki kekurangan-kekurangan kita itu?

Apakah kita sudah merasa baik? Apakah kita sudah merasa cukup dengan amaliah dan akhlak kita sekarang? 
Wahai diri dan saudaraku. Jangan sampai kita merasa sudah baik.

Ingatlah firman ALLAH
فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى
janganlah kalian merasa suci, ALLAH tau siapa orang yang benar-benar bertakwa.

Tanyakan kepada diri kita. Sudah baikkah ibadah kita kepada ALLAH? sudah benar kah cara bersuci kita? Sudah benar kah cara sholat kita? Sudah khusyu' kah sholat kita? Dan bagaimana ibadah-ibadah kita yang lain?

Lalu sudah sejauh mana kita berbakti kepada ibu dan bapak kita? Sudah sejauh mana kita memperbaiki diri untuk menjadi contoh yang baik bagi istri dan anak-anak kita? Sudah sejauh mana kita membimbing istri dan anak-anak kita? Sudah sejauh mana kita berbuat baik kepada saudara, tetangga, dan teman-teman kita? Sudah benar-benar halal kah makanan dan pakaian kita? Sudah sejauh mana kita belajar ilmu agama? Sudah sejauh mana kita mengamalkan ilmu agama kita? Sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat? Dan sudah berapa banyak waktu yang sudah kita sia-siakan?

Mari kita tanyakan itu semua kepada diri kita. Sebelum hal-hal itu dipertanyakan kelak di akhirat.

Sayyidina Umar bin Khatthab berpesan:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
hisablah diri kalian sebelum diri kalian dihisab, yakni kelak di yaumil qiyamah.

Beliau Sayyidina Umar memiliki kebiasaan sebelum tidur, yaitu selalu menghisab dirinya, mengintrospeksi dirinya. apa saja amal-amal yang belum dilakukan hari ini, dosa apa saja yang dilakukan hari ini. Lalu beliau memperbaikinya esok hari.


Seperti itulah seharusnya kita.
Harus kita terus melakukan introspeksi, , koreksi, muhasabah dan mempersiapkan hari esok. Agar hari esok menjadi lebih baik.

ALLAH SWT berfirman:
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد
wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH, dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah ia siapkan untuk hari esok.

Yang dimaksud hari esok dalam ayat ini memiliki 2 makna, yaitu esok hari di dunia, dan esok hari yaitu hari kiamat.

Jangan sampai kita menyesal di hari esok, di masa tua. Jangan sampai kita menyesal di hari esok, di hari kiamat.

Marilah wahai saudaraku, kita mulai pada hari ini, saat ini juga. Dengan mengingat momen hijrah Rasulullah dan para sahabatnya, kita hijrah menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan sampai kita membaca tulisan ini tanpa mendapat pesan dan semangat untuk memperbaiki diri.

Waktu kita di dunia ini semakin berkurang. Butuh berapa artikel lagi until dibaca? Butuh berapa ustadz lagi yang menasehati saya dan anda semua? Ini adalah kesempatan kita untuk berubah. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini, karena kita tidak tau kapan nyawa kita dicabut oleh ALLAH. Bisa jadi beberapa jam lagi kita sudah meninggal. ALLAHU A'LAM.

Ini adalah PR besar bagi saya dan panjenengan semua. Kita harus benar-benar memperhatikan hal ini dengan sungguh-sungguh.

Para pembaca yang dimuliakan ALLAH...
Hijrah itu memang berat, selain meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita, terkadang juga ada hal-hal yang sangat berat untuk kita tinggalkan. Tapi janganlah kita khawatir, karena ALLAH berjanji lewat sabda Nabi-Nya

إنك لن تدع شيأ لله عز وجل إلا بدّلك الله به ما هو خير لك منه
Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena ALLAH maka ALLAH pasti akan menggantikannya dengan hal yang lebih baik.

Dan jangan khawatir ALLAH tidak mengampuni dosa-dosa kita. ALLAH Maha pengampun segala dosa selagi nyawa kita belum sampai di kerongkongan. 

Maka pembaca yang dimuliakan ALLAH, sekali lagi marilah kita perbaiki diri, koreksi diri kita agar kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Hingga kita meninggal dalam keadaan yang terbaik. Aamiin.

Diposting oleh: admin
Kembali
Copyright © 2019 SDI Al-Khairiyah Banyuwangi